SURAT AL- KAUTSAR AYAT
1-3 BESERTA ARTI DAN KANDUNGAN
Surat Al Kautsar nama yang diambil dari ayat pertama surat tersebut yang
juga berarti karunia Allah Swt tergolong surah makkiyah yang terdiri dari 3
ayat.Semoga surah Al Kautsar ini bisa membantu anda yang sedang membutuhkan
atau yang sedang menghafalkan surah al kausar.
Di dalam arti surah Al Kausar terdapat kata-kata berkorbanlah maksud dari
kata ini ialah menyembelih hewan kurban dan bersyukur atas nikmat yang
diberikan Allah Swt.
Surat Al Kautsar
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ ١
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ ٢
إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأبْتَرُ ٣
Bacaan Bacaan Surat Al Kautsar dalam Bahasa Indonesia
1. inna a'toina kalkautsar
2. fasollilirobbika wanhar
3. innasyaniaka huwal abtar
1. inna a'toina kalkautsar
2. fasollilirobbika wanhar
3. innasyaniaka huwal abtar
Terjemahan
Bacaan Surat Al Kautsar
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
1. Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu sebuah sungai di surga.
2. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkorbanlah
3. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus.
Ayat pertama:
Apa itu Al-Kautsar? Ternyata,
ada 2 penafsiran di kalangan para
ulama ahli tafsir tentang makna Al-Kautsar.
1). Al-Kautsar
adalah sebuah sungai yang berada di Al-Jannah (surga) yang
Allah SWT persiapkan untuk Rasulullah SAW. Al-Imam Ibnu Katsir
menyebutkan sebuah riwayat dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu,
ia berkata, “Suatu hari Rasulullah SAW sempat terkantuk hingga
tertidur. Tiba-tiba Rasulullah SAW mengangkat kepalanya sambil
tersenyum, kemudian para sahabat bertanya kepada beliau, ‘Kenapa engkau
tersenyum wahai Rasulullah?’ Rasulullah menjawab, “Sesungguhnya baru saja turun
kepadaku sebuah surat.” Kemudian beliau membaca ayat pertama dari surat
Al-Kautsar hingga ayat terakhir.
”Tahukah kalian apa
itu Al-Kautsar?, para sahabat menjawab “Allah dan Rasul-Nya saja-lah yang lebih
tahu”. Maka Rasulullah menjawab, “Dia adalah sebuah sungai yang berada di
Al-Jannah (surga) yang Allah SWT berikan kepadaku dan padanya terdapat
kebaikan yang banyak.” (HR. Al-Imam Ahmad 3/102).
2). Al-Kautsar
berarti kebaikan yang sangat banyak. Sehingga Al-Kautsar tidak hanya sebatas
sebuah sungai yang ada di Al-Jannah (surga), karena kebaikan yang Allah
SWT berikan kepada Rasulullah SAW sangat banyak, sebagaimana
disebutkan dalam beberapa surat di Al-Qur`an. Di antaranya ialah dengan dipilihnya
Rasulullah SAW sebagai seorang nabi dan rasul, bahkan yang terbaik di
antara para nabi dan rasul. Juga dengan diturunkannya Al-Qur`an kepada beliau,
satu-satunya dari kalangan nabi dan rasul yang diberi izin oleh Allah
SWT untuk memberikan syafaat ‘uzhma di padang mahsyar,
orang pertama yang Allah beri izin untuk membuka pintu Al-Jannah (surga),
diampuninya dosa beliau yang telah lalu dan yang akan datang, dan masih banyak
kebaikan yang lainnya yang tidak terhitung. Sehingga itu semua yang dimaksud dengan
Al-Kautsar.
Makna yang kedua ini
diriwayatkan oleh al-Imam al-Bukhari rahimahullah dari sahabat
Abdullah bin Abbasradhiyallahu ‘anhuma bahwa beliau berkata tentang
makna Al-Kautsar, “Dia (Al-Kautsar) adalah kebaikan-kebaikan yang telah Allah
SWT berikan kepada beliau (Rasulullah SAW)” (Shahih al-Bukhari no. 4966).
Pendapat yang kedua
ini dikuatkan oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah dan beliau
tegaskan dalam kitab tafsirnya, ”Tafsir ini (tafsir Ibnu Abbas tentang
Al-Kautsar) meliputi banyak hal bahkan termasuk sungai yang berada di Al-Jannah
(surga) dan yang lainnya, dikarenakan Al-Kautsar itu sebuah kata yang berasal
dari kata al-katsrah (sesuatu yang banyak kuantitasnya) sehingga makna
Al-Kautsar adalah kebaikan-kebaikan yang banyak. (Tafsir Ibnu Katsir) Wallahu
a’lam.
Ayat kedua:
Ada dua ibadah yang
diperintahkan dalam ayat ke 2 ini, yaitu ibadah shalat dan kurban. Maka
shalatlah untuk Rabb-mu satu-satunya, ikhlaskan niat, bersungguh-sungguhlah
dalam melaksanakannya dan sembelihlah hewan kurbanmu, baik berupa onta, sapi
ataupun kambing, semuanya harus diserahkan dan dipersembahkan hanya untuk Allah
SWT satu-satunya. Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa’dy rahimahullah berkata,
“Disebutkan secara khusus dua ibadah dalam ayat ini, dikarenakan keduanya
(shalat dan kurban) merupakan ibadah yang paling utama dan paling mulia untuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dalam shalat terkandung ketundukan
hati dan perbuatan untuk Allah SWT, dan dalam ibadah kurban merupakan bentuk
mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan sesuatu yang terbaik dari apa
yang dimiliki oleh seorang hamba berupa hewan kurban. (Tafsir as-Sa’diy hal.
936).
Dalam ayat kedua ini
terdapat dalil penting yang terkait dengan hukum dan tata cara dalam ibadah
kurban bahwa proses pelaksanaan ibadah kurban itu dilakukan setelah shalat Idul
Adha, bukan sebelum shalat. Kesimpulan ini dilihat dari ayat yang kedua :
“Maka dirikanlah shalat karena Rabb-mu;
dan berkurbanlah,” disebut shalat terlebih dahulu baru kemudian
menyembelih hewan kurban. Karena jika ibadah kurban itu dilakukan sebelum
shalat maka posisi dia bukan sebagai hewan kurban, dagingnya bukan daging
kurban akan tetapi terhitung sebagai daging sedekah biasa. Hal ini pernah
terjadi di masa Rasulullah SAW saat salah seorang sahabat yakni Abu
Burdah radhiyallahu ‘anhu menyembelih hewan kurbannya sebelum
shalat Idul Adha, Rasulullah SAW bersabda, ”Kambingmu adalah kambing untuk
(diambil) dagingnya saja.” (HR. al-Bukhari no.5556 dari al-Bara` bin
‘Azib radhiyallahu ‘anhu). Dalam lafazh lain (no.5560) disebutkan,
“Barangsiapa yang menyembelih (sebelum shalat Idul Adha), maka itu hanyalah
daging yang dia persembahkan untuk keluarganya, bukan termasuk hewan qurban
sedikit pun.”
Rasulullah SAW juga bersabda dalam
khotbah Idul Adha, “Barangsiapa mengerjakan shalat seperti shalat kami dan
menyembelih hewan kurban seperti kami, maka telah benar kurbannya. Dan
barangsiapa menyembelih sebelum shalat (Idul Adha) maka hendaklah dia
menggantinya dengan yang lain.” (HR. al-Bukhari no. 5563 dan Muslim no. 1553).
Ayat Ketiga:
“Sesungguhnya orang yang membencimu dialah
orang yang terputus.”
Ada 2 penafsiran tentang makna dari إِنَّ شَانِئَكَ :
Diriwayatkan dari sahabat Abdullah
bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwa makna dari ayat diatas
adalah
1. “Sesungguhnya musuhmu.”
2. “Sesungguhnya orang yang membencimu.
(Rasulullah SAW)”
(Tafsir ath-Thabari hal. 602)
Adapun makna الْأَبْتَرُ ialah orang yang terputus tidak
memiliki keturunan/tidak memiliki generasi penerus atau bisa diartikan tidak adanya
kelanjutan dari sisi nasab
Disebutkan oleh al-Imam Ibnu Katsir rahimahullah bahwa
salah seorang ahlul kitab yang bernama Ka’ab bin al-Asyraf ketika datang ke
kota Mekah dan bertemu dengan kaum Quraisy, lalu mereka mengatakan kepada Ka’ab
bin al-Asyraf, “Bagaimana menurutmu wahai Ka’ab tentang orang yang tidak
memiliki keturunan lagi, memutus hubungan dengan kaumnya (yaitu Muhammad) dan
menganggap dirinya lebih baik dari kami, padahal kami adalah kaum yang
senantiasa berhaji, berkhidmat menjaga Ka’bah dan melayani serta memberi minum
kepada jamaah haji? Kemudian Ka’ab bin al-Asyraf menyatakan, “Kalian lebih
mulia dibandingkan dia (Rasulullah SAW).” Setelah pernyataan tersebut turunlah
ayat:
إِنَّ
شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ
artinya, “Sesungguhnya orang yang
membencimu dia lah orang yang terputus.” (Lihat Tafsir Ibnu Katsir
2/295). Terputus dalam artian terputus dari setiap kebaikan, amalan,
sanjungan. Adapun Rasulullah SAW menjadi manusia yang paling
sempurna dan memiliki kedudukan di sisi seluruh makhluk, berupa tingginya
pujian kepadanya, banyaknya pembela dan pengikutnya. (Tafsir as-Sa’di hal.
936)
ijinkan copy bacaan "Al Kautsar dan arti" sangat saya perlukan, simpel dan lengkap. Semooga blog "Yuli Simbala" ini terus berkembang maju. Aamiin
BalasHapusAlhmdllh ...
BalasHapus